Sunday, January 15, 2006

SUDAH BENARKAH PENGATURAN KEUANGAN SAYA?

Oleh: Ahmad Gozali (www.perencanakeuangan.com) Dikutip dari CBN CyberSHOPPING Pak Gozali yang baik, saya ibu rumah tangga tanpa anak, tidak punya pekerjaan tetap, tapi bekerja dari rumah untuk tenaga marketing lepas di perusahaan mebel sejak tiga tahun lalu (semacam agen lah begitu). Kadang penghasilan saya lumayan banyak, kadang tidak ada. Kadang banjir, kadang kekeringan. Suami saya bekerja otonom, dan saat ini uang gaji suami masih terbilang cukup untuk kehidupan kami berdua, meskipun kami masih menyewa rumah karena harga rumah di tempat saya selangit. Kami tinggal di rumah yang dipinjamkan kantor suami. Untuk penghitungan penghasilan saya, suami membebaskan, tapi tentu saja saya selalu harus lapor padanya. Berikut ini rincian penggunaan uang penghasilan saya. Tahun-tahun pertama kami menggunakannya untuk keperluan ami berdua. Karena kondisi keuangan suami membaik, maka tahun ini saya gunakan penghasilan saya, yang sudah saya kumpulkan sejak tahun lalu, untuk membantu kakak membeli rumah dengan harga sekitar Rp 50 juta. Karena masih ada dana untuk membbayar uang muka rumah, saya putuskan untuk membeli rumah seharga Rp 80 jt (ada di kota yang berlainan dari tempat tinggal kami yang sekarang, tapi masih berada di kota yang sama dengan rumah adik & kakak). Rumah tersebut belum lunas, tapi saya sudah menyediakan dana untuk melunasinya. Saya tidak akan tinggal di rumah tersebut karena saat ini kami tidak mungkin pindah ke sana sampai pensiun nanti. Sudah tepatkah cara saya menggunakan uang ini? Pertimbangan saya, kalau uang ditabung, sementara harga rumah selalu naik, saya akan rugi kalau tidak beli rumah dari sekarang. Tapi saya tidak tahu siapa yang akan menempati rumah saya tersebut. Kalau dikontrakkan, takut rusak. Menurut Pak Gozali, apa yang sebaiknya saya lakukan dengan rumah tersebut? Ada penawaran tanah kavlingan di kota lain (saya sering pergi ke kota ini karena teman-teman saya banyak yang tinggal di sini) dengan biaya yang sangat murah dan bisa dicicil. Saya ingin membelinya. Menurut Pak Gozali, sudah idealkah rencana saya ini? Kalau-kalau nanti dapat rejeki lagi, kira-kira model investasi apa yang bisa saya ambil dengan catatan bahwa saya tidak akan memerlukan dana tersebut dalam jangka pendek. Saya kurang yakin dengan danareksa, dll. Apa ada baiknya kalau saya terus beli properti? Terimakasih banyak, Pak Gozali. Saya tunggu saran-sarannya agar saya bisa menggunakan penghasilan saya sebaik mungkin. Sasa - Surabaya Jawaban: Ibu Sasa, sepertinya Anda sedang kebingunan nih mengelola penghasilan yang Anda dapatkan. Untuk biaya hidup, alhamdulillah sudah bisa dipenuhi dari gaji suami. Tapi penghasilan Anda sendiri sepertinya bingung mau digunakan untuk apa. Mudah-mudahan penjelasan saya bisa membantu Anda ya bu... Saya lihat selama ini Anda sudah mengalokasikan dana Anda pada sektor properti, khususnya rumah tinggal. Namun sayang sekali ya bu, sepertinya properti yang Anda beli tidak termanfaatkan dengan baik. Untuk rumah yang sudah Anda mulai cicil di kota dimana kakak dan adik Anda tinggal (kita sebut saja kota A) hanya menjadi rumah menganggur saja tidak terpakai. Anda sendiri tidak mau menyewakannya karena takut rusak. Padahal, menurut saya, rumah tersebut akan lebih cepat rusak jika dibiarkan tetap kosong. Jika Anda memang tidak berencana untuk tidak segera menempati namun juga tidak mau menyewakannya, maka akan lebih baik jika Anda membeli tanah kosong saja tanpa rumah. Karena sudah terlanjur membeli rumah tersebut, saya lebih menyarankan agar Anda menyewakan saja rumah di kota A tersebut pada orang lain. Rumah biasanya memiliki mana manfaat ekonomis sekitar 10 - 20 tahun jika digunakan. Namun rumah yang kosong bisa langsung rusak jika dibiarkan tidak terawat selama 5 tahun, bahkan mungkin lebih cepat lagi tergantung dari kualitasnya. Jika Anda tidak berencana untuk pensiun dalam jangka waktu 5 tahun, bisa jadi bangunan rumahnya nanti sudah harus mengalami perbaikan besar atau malah sudah harus dirobohkan sama sekali. Memang betul harga rumah cenderung naik dari tahun ke tahun, jika tidak dibeli sekarang mungkin nanti akan terlalu mahal untuk dibeli. Tapi coba hitung, dari harga yang Anda bayarkan sekarang untuk rumah tersebut, berapa harga untuk bangunan rumahnya dan berapa harga untuk tanahnya saja. Caranya mudah saja, bandingkan dengan rumah yang ada di hook dan tanyakan berapa harus menambah harga untuk setiap meter kelebihan tanah. Di lokasi perumahan, biasanya harga bangunan bisa sekitar 2/3 atau lebih, dan 1/3-nya adalah untuk tanahnya saja. Nilai bangunan yang Anda beli dan biarkan rusak, itulah nilai kerugian Anda. Lalu bandingkan dengan kenaikan harga bahan bangunan dan tanah di lokasi tersebut. Saya yakin kerugian Anda lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang bisa Anda hemat. Atau alternatifnya untuk rumah tersebut adalah, dijual saja dengan harga yang lebih tinggi. Dengan demikian Anda sudah bisa merealisasikan keuntungan karena membeli rumah lebih awal. Uangnya bisa Anda belikan rumah lagi untuk kemudian dijual lagi, begitu seterusnya sampai Anda merasa sudah saatnya pensiun dan menempati rumah tersebut. Atau belikan saja sebidang tanah kosong yang luas di lokasi yang Anda sukai. Jika sudah waktunya pindah, Anda bisa jual tanahnya sebagian dan membangun rumah di atas tanah sisanya. Biasanya kenaikan harga tanah bisa sebanding dengan kenaikan harga bahan bangunan. Artinya, Anda tidak harus khawatir dengan kenaikan harga bahan bangunan. Lalu bagaimana dengan tawaran investasi tanah kavling di kota lain (kita sebut saja kita B), apa perlu dibeli? Karena sifat tanah tidak rusak walau tidak digunakan, maka saya rasa hal itu bisa saja Anda lakukan. Tapi Anda tetap perlu juga mempertimbangkan PBB yang harus dibayar dan juga batas waktu pemanfaatannya jika tanah tersebut berada dalam lokasi perumahan. Karena terkadang perumahan mensyaratkan agar tanah kavling bisa dibangun maksimal dalam jangka waktu tertentu agar perumahannya tidak terlihat kosong. Begitu juga jika Anda beruntung mendapatkan rejeki berlebih nantinya, menginvestasikan kedalam properti bisa jadi adalah pilihan yang baik kalau memang Anda tidak mau mengambil resiko di produk keuangan yang lainnya. Tapi, saya rasa Anda harus memahami lebih mendalam mengenai seluk beluk investasi di properti. Agar tidak salah pilih properti yang tidak baik. Karena resiko berinvestasi properti adalah "mati"nya dana yang ditanamkan jika tidak berhasil diputar (dijual/disewakan). Selamat berinvestasi bu Sasa, sukses untuk Anda. Salam, Ahmad Gozali Perencana Keuangan

0 Comments:

Post a Comment

<< Home