Tuesday, December 13, 2005

MENGATASI BIAS PSIKOLOGIS DALAM BERINVESTASI

Apakah anda termasuk pengemudi mobil yang lebih baik dari rata-rata, samadengan rata-rata, ataukah lebih buruk dari rata- rata pengemudi mobil ? Pertanyaan ini telah sering ditanyakan dalam percobaan psikologis. Hasilnya, hampir semua orang menjawab bahwa dirinya lebih baik dari rata-rata ! Tentu saja hal itu mustahil, karena seharusnya hanya sekitar 1/3 dari total populasi yang menjadi lebih baik dari rata-rata, 1/3 rata-rata, dan 1/3 di bawah rata- rata. Bisa psikologis semacam itu banyak melanda keputusan manusia. Ini adalah satu dari sekian banyak contoh bias keputusan yang dibahas dalam buku ini. Setiap individu berkembang dengan memiliki prilaku psikologi yang berbeda-beda yang mengakibatkan kita melakukan suatu tindakan tertentu terhadap suatu kejadian. Prilaku ini mempengaruhi cara kita menyaring informasi yang kita dapat setiap harinya. Prilaku tersebut juga memberikan pengaruh terhadap cara kita menggunakan serta mengartikan informasi tersebut dalam mengambil keputusan. Kalau prilaku emosi yang salah terbawa dalam keputusan investasi dampaknya bisa sangat negatif terhadap kekayaan kita. Kebanyakan model teoritis tradisional dalam buku keuangan dan investasi standar di perguruan tinggi dilandasi oleh dua asumsi dasar: § Setiap orang membuat keputusan yang rasional § Setiap orang tidak bias dalam memprediksi masa depan. Akan tetapi para psikolog sudah mengetahui sejak lama bahwa asumsi ini tidak benar. Seringkali individu berprilaku tak rasional dan membuat kesalahan sistematis atas peramalan yang mereka lakukan. Sekarang ini para ekonom keuangan menyadari bahwa individu dapat mengambil keputusan yang tak rasional. Pengertian yang salah terhadap informasi akan mempengaruhi hasil investasi yang pada akhirnya mempengaruhi kekayaan yang dimiliki investor. Walau sudah menjadi pakar dalam teori dari buku-buku ajar investasi modern, investor akan tetap gagal dalam berinvestasi apabila keputusan yang diambil masih sangat dipengaruhi oleh bias psikologis. Buku ini memberikan penjelasan mengenai berbagai bentuk bias psikologis serta pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan dan menunjukkan mekanisme pengaruh bias-bias terhadap keputusan investasi, serta dampak negatifnya terhadap kekayaan investor. Selanjutnya, setelah memahami bias ini, kita diberikan tips cara mengenalinya dan menghindari bias-bias tersebut dalam kehidupan kita. Pemakaian ilustrasi kejadian umum yang biasa terjadi sehari-hari mempermudah pemahaman mengenai berbagai bias psikologis yang mempengaruhi prilaku investasi. Bagian pertama dimulai dengan sebuah pertanyaan "should I read this book now, or later?" (haruskah saya membaca buku ini sekarang atau nanti?). Banyak orang selalu menunda-nunda untuk melakukan suatu hal yang menurut mereka dapat dilakukan di waktu yang akan datang, walau di masa datang akan memakan waktu yang lebih panjang untuk penyelesaiannya atau pencapaiannya. Penundaan pengambilan keputusan merupakan penyakit kronis yang banyak terjadi. Terdapat 5 bagian dalam buku ini. Pada 3 bagian pertama diberikan ilustrasi berbagai bias psikologis yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bagian ke-4 menjelaskan dampak internet yang memperburuk problem psikologis ini. Akhirnya bagian ke-5, menggambarkan serta menjelaskan kiat bagi investor untuk dapat membantu dirinya dalam mengatasi pengaruh psikologis dalam pengambilan keputusan investasi. Tema besar dalam bagian pertama adalah mengenai kesalahan umum "Not thinking clearly" (tidak berpikir jernih). Dalam pembahasannya, John R. Nofsinger menjabarkan tentang kecepatan serta ketersedian informasi yang semakin mudah didapat oleh semua golongan investor baik pemula maupun yang sudah berpengalaman melalui internet. Karena kurangnya pengalaman serta training, investor individual sering salah dalam mengartikan atau menginterpretasikan informasi yang diperoleh (illusion of knowledge). Selanjutnya ada ilusi kendali (illusion of control). Penelitian psikologi menunjukkan bahwa orang yang melempar sendiri koin cenderung lebih yakin bahwa dirinya bisa mempengaruhi hasil pelemparan koin (yang menghadap ke atas itu sisi muka atau sisi belakang). Di masa lalu banyak investor mempercayakan dananya kepada salah satu institusi keuangan, dan keputusan menempatkan investasi diambil oleh manajer investasi profesional. Sekarang, investor lebih memilih untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan interpretasi yang diyakininya benar. Semakin sering atau aktif investor dalam mengambil keputusan akan semakin tinggi kejadian illusion of control. Kedua ilusi ini merupakan penyebab utama mengapa investor individu merasa percaya diri secara berlebihan atau overconfidence. Rasa percaya diri yang berlebih dapat mengakibatkan meningkatnya volume transaksi dan sehingga investor menanggung risiko lebih besar dan mengakibatkan kerugian yang besar terhadap investasinya. Penelitian Barber dan Odean menganalisis hubungan antara tingkat turnover (perputaran atau transaksi) dengan tingkat pengembalian (return). Dari hasil penelitian tersebut, Barber dan Odean mendapatkan bahwa investor dengan tingkat turnover yang tinggi hanya menghasilkan keuntungan bersih sebesar 11.4%. Sedangkan investor dengan tingkat turnover yang rendah mendapatkan rata-rata keuntungan bersih 18,5% (halaman 26-27). Barber dan odean juga mendapatkan hasil bahwa pria bujangan memiliki tingkat risiko portofolio tertinggi diikuti oleh pria yang sudah menikah, wanita yang sudah menikah dan terakhir wanita bujangan. Emosi atau kekuatan bias psikologi dapat membuat investor mengabaikan hal-hal jelek mengenai sesuatu yang telah dikenal dan diketahuinya secara emosional. Misal saja, secara emosi kita sangat dekat dengan keluarga kita sehingga bila salah satu melakukan kesalahan maka sering kali kita mengabaikannya. Perasaan bahwa investor sangat mengetahui suatu saham atau keterikatan secara emosional terhadap sesuatu saham dapat megakibatkan investor tidak melakukan perubahan walau perusahaan tersebut mengalami kesulitan. Tambahan pula, tingkat keyakinan investor sebelumnya ketika saham itu sangat baik dapat lebih menguatkan investor untuk menunda keputusan atau tidak melakukan apapun terhadap informasi yang didapat (status quo bias). Orang cenderung menghindari segala sesuatu yang mengakibatkan penyesalan (regret) dan mencari sesuatu yang membanggakan (pride). Penyesalan adalah rasa sakit secara emosional yang diakibatkan oleh keputusan buruk sebelumnya. Sedangkan kebanggaan atau pride adalah rasa senang secara emosi yang terjadi akibat keputusan yang diambil menguntungkan. Keinginan setiap individu untuk merasakan kesenangan – mencari kebanggaan atau seeking pride- mengakibatkan investor menjual terlalu dini investasinya yang untung. Sebaliknya kecenderungan penghindaran penyesalan mengakibatkan investor menunda terlalu lama penjualan investasi yang merugi. Penelitian ini dilakukan atas 75,000 investor yang membeli serta kemudian diikuti dengan transaksi jual. Hasilnya adalah investor akan lebih cepat menjual sahamnya apabila mendapatkan keuntungan. (hal. 49-50). Apabila investor membeli saham dan dengan cepat harganya naik, kenaikan ini akan menimbulkan keinginan investor untuk menjual dan mendapatkan keuntungannya dengan cepat. sehingga dapat mengabarkan berita ini kepada teman, saudara dan kerabat lainnya. Sebaliknya, bila investor membeli saham dan dalam waktu singkat harganya turun dengan cepat, investor akan menunggu dengan harapan saham tersebut akan naik kembali di waktu yang akan datang. Perkembangan teknologi khusunya internet mengakibatkan perubahan cara orang berkomunikasi, berbelanja, melakukan bisnis dan menerima atau mengirin informasi atau pengumuman. Lebih jauh lagi internet merubah cara orang berinvestasi. Internet memberikan berbagai kentungan bagi investor, antara lain kemudahan akses bertransaksi, serta mempercepat distribusi informasi sampai kepada investor. Bagian keempat yaitu "Investing and the Internet," memaparkan interaksi antara internet, psikologi, dan investasi. Kecepatan serta keberadaan informasi tanpa batas kepada investor lebih memperburuk tingkat bias psikologis terutama dalam hal "illusion of knowledge" dan "illusion of control" yang mengakibatkan investor merasa terlalu percaya diri atau overconfidence. Bagian akhir buku ini bertema "What Can I Do About It?" menjelaskan kiat investor untuk menghindari berbagai bias psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Sulitnya mempertahankan self-control dalam hal bias psikologis diillustrasikan pada bab 14. Sedangkan bab terakhir menjelaskan perencanaan, dorongan serta rule of thumb atau aturan umum yang dapat menolong Anda dalam menghindari berbagai bias psikologis yang biasa terjadi. Pelajaran penting dari buku ini adalah bahwa pengetahuan akan berbagai aspek mengenai saham tidak menjamin keberhasilan bila keputusan investasi. Pelajaran ini sejalan dengan pendapat Jake Bernstein dalam buku terlaris Investor's Quotient bahwa kecerdasan finansial hanya 10% tergantung dari pengetahuan dan 90% tergantung dari kebiasaan. Secara keseluruhan buku ini akan sangat menarik bagi semua kalangan investor baik pemula maupun yang `merasa' sudah berpengalaman. Perspektif baru dalam berinvestasi dengan tidak mengabaikan aspek emosi atau aspek psikologis yang dijelaskan dalam buku ini juga akan sangat berguna bagi manajer investasi profesional dan merupakan bahan penelitian menarik bagi para akademisi psikologi maupun keuangan/investasi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home