Monday, December 05, 2005

Menyikapi IPO Bank Bukopin

Di tengah 'tsunami' skandal kredit macet Bank Mandiri dan 'gempa' indikasi skandal pengadaan TI di BRI, rupanya ada sebuah bank berukuran medium yang berencana go public. Bila bank ini jadi go public sekitar awal Juli 2005, maka jumlah bank yang tercatat di Bursa Efek Jakarta akan menjadi 24. Bank yang dimaksud adalah Bank Bukopin. Dari kacamata investor, pertanyaan yang relevan adalah apakah penawaran saham perdana kepada masyarakat (initial public offering/ IPO) Bank Bukopin akan mendatangkan keuntungan bagi investor. Pendeknya, apakah saham IPO Bank Bukopin bagus untuk investasi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kami akan membahas dari dua sisi kinerja IPO saham pada umumnya dan kesehatan Bank Bukopin pada khususnya. Kata IPO sering diplesetkan sebagai instant profit overnight atau terjemahan bebasnya kaya mendadak. Pasalnya, rata-rata imbal hasil (return) yang diterima investor (dari hasil membeli saham IPO pada harga penawaran perdana dan menjual kembali di pasar sekunder) cukup besar. Hasil penelitian kami dan beberapa mahasiswa pascasarjana di Universitas Indonesia menunjukkan bahwa secara rata-rata imbal hasil IPO pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder mencapai dua digit persen. Kalau disetahunkan, angka imbal hasil itu setara dengan beberapa puluhkali lipat imbal hasil dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang saat ini hanya sekitar 7,9% per tahun. Artinya, seandainya investor bisa konsisten membeli IPO pada harga penawaran perdananya, benarlah singkatan instant profit overnight bagi IPO. Sebagai contoh, IPO Bank Mandiri dan Bank BRI juga memberikan return awal yang positif, bahkan saat ini (pertengahan Mei 2005) harga saham Bank Mandiri dan Bank BRI telah naik 2-3 kali lipat dibandingkan harga perdananya. Beberapa rasio keuangan Bank Bukopin 2001-2004 Rasio 2001 2002 2003 2004 Rata-rata CAR (%) 16,8 14,13 14,86 15,41 15,30 NPL (%) 3,96 3,98 2,23 3,43 3,40 ROE (%) 28,19 30,04 23,45 22,82 26,13 NIM (%) 6,02 5,16 4,74 5,35 5,32 BOPO(%) 69,61 85,84 87,38 83,23 81,52 LDR (%) 66,98 74,28 91,82 85,13 79,55 Bank Bukopin memiliki jumlah aset sebesar Rp18,4 triliun pada akhir 2004. Dari angka tersebut, Bank Bukopin menduduki peringkat ke-14. Bank Bukopin adalah bank yang mendapat dana rekapitalisasi pada 1999 dalam bentuk obligasi pemerintah. Kabar baiknya, pada 2001, obligasi rekapitalisasi tersebut telah berhasil dikembalikan. Kinerja keuangan Berdasarkan laporan biro suatu majalah terkemuka selama 2004, menggunakan data rasio keuangan 2003, Bank Bukopin berada pada peringkat 10 dari 80 bank dalam kategori modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun. Berdasarkan data laporan keuangan 2004, rasio kecukupan modal (CAR) Bank Bukopin adalah 15,41%. Angka ini memenuhi standar Bank Indonesia dan BIS. Dari sisi kualitas aset, tingkat kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) Bank Bukopin adalah 3,43%, atau memenuhi standar (harus di bawah 5%). Pencadangan penyisihan untuk kredit bermasalah telah dilakukan lebih dari 100%. Selanjutnya, dari sisi fungsi intermediasi, peringkat Bank Bukopin termasuk sangat baik. Angka LDR (loan to deposit ratio) bank ini adalah 85,13%. Artinya, fungsi intermediari telah dijalankan dengan baik dengan tetap menjaga likuiditas pada tingkat yang aman. Dari sisi rentabilitas, NIM (net interest margin) sebesar 5,35% menandakan bank mampu meraih pendapatan bunga bersih yang cukup baik relatif terhadap total aset bank. Sementara itu, ROE (return on equity)-nya jauh lebih tinggi dari rata-rata SBI di 2004. Dari sisi kepatuhan (compliance) Bank Bukopin selama 2003 dan 2004 tidak pernah melakukan pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberitan Kredit) dan berhasil menjaga posisi Giro Wajib Minimum dan Posisi Devisa Neto dalam kisaran sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Untuk memberikan gambaran lebih lengkap, perlu dilihat perkembangan kinerja selama beberapa tahun terakhir. Dengan CAR konsisten di atas 8% (rata-rata 15,3 %), NPL terjaga di bawah 5% (rata-rata 3,4%), ROE (26,13 % per tahun) dan NIM (rata- rata 5,32 %) yang tinggi, dapat disimpulkan kinerja keuangan Bank Bukopin cukup baik. Sementara itu, fungsi intermediasi yang dicerminkan oleh tingkat LDR (rata-rata 79,55 %) juga telah dijalankan dengan baik. Itu berarti sumber profitabilitasnya memang berasal dari bisnis perbankan, bukan sekadar dari obligasi rekapitalisasi pemerintah seperti kebanyakan bank hasil rekap. Kendati begitu, dari sisi rasio BOPO, Bank Bukopin perlu waspada karena meski angka 2004 membaik dibanding 2003, tetapi angka ini masih lebih buruk dibanding angka 2001. Efisiensi masih perlu dikejar lebih gigih untuk kembali ke level sebelumnya. Sebagaimana bank pada umumnya, Bank Bukopin juga menghadapi risiko- risiko lain, misalnya risiko legal (perselisihan kontrak, gugatan hukum, dll), risiko reputasi, dan lain-lain. Risiko itu telah diungkapkan pada prospektus sesuai ketentuan transparansi. Untuk mencegah dan mengurangi risiko tersebut, diperlukan strategi manajemen risiko yang terintegrasi dan proaktif agar kinerja bisa dipertahankan dan berkelanjutan. Kalau tidak begitu, bisa-bisa IPO menjadi singkatan inferior performance overtime (kinerja payah dalam jangka panjang). Bagi investor yang tertarik investasi di IPO, jangan lupa investasi saham adalah investasi yang penuh risiko. Jadi, pemeo lama "teliti sebelum membeli! tetap harus dipegang teguh agar jangan belakangan jadi mengeluh... Ampun Bukopin..!" ================================== Anda bisa saja gagal ribuan kali, tapi sukses yang Anda cari mungkin saja bersembunyi di kesempatan berikutnya. Anda tidak pernah tahu seberapa dekat Anda dengan piala kemenangan yang akan Anda dapatkan, kecuali kalau Anda terus mencoba untuk mendapatkannya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home