Menyikapi IPO Bank Bukopin
Di tengah 'tsunami' skandal kredit macet Bank Mandiri dan 'gempa'
indikasi skandal pengadaan TI di BRI, rupanya ada sebuah bank
berukuran medium yang berencana go public. Bila bank ini jadi go
public sekitar awal Juli 2005, maka jumlah bank yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta akan menjadi 24. Bank yang dimaksud adalah Bank
Bukopin.
Dari kacamata investor, pertanyaan yang relevan adalah apakah
penawaran saham perdana kepada masyarakat (initial public offering/
IPO) Bank Bukopin akan mendatangkan keuntungan bagi investor.
Pendeknya, apakah saham IPO Bank Bukopin bagus untuk investasi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kami akan membahas dari dua sisi
kinerja IPO saham pada umumnya dan kesehatan Bank Bukopin pada
khususnya.
Kata IPO sering diplesetkan sebagai instant profit overnight atau
terjemahan bebasnya kaya mendadak. Pasalnya, rata-rata imbal hasil
(return) yang diterima investor (dari hasil membeli saham IPO pada
harga penawaran perdana dan menjual kembali di pasar sekunder) cukup
besar.
Hasil penelitian kami dan beberapa mahasiswa pascasarjana di
Universitas Indonesia menunjukkan bahwa secara rata-rata imbal hasil
IPO pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder mencapai dua
digit persen. Kalau disetahunkan, angka imbal hasil itu setara
dengan beberapa puluhkali lipat imbal hasil dari Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) yang saat ini hanya sekitar 7,9% per tahun.
Artinya, seandainya investor bisa konsisten membeli IPO pada harga
penawaran perdananya, benarlah singkatan instant profit overnight
bagi IPO. Sebagai contoh, IPO Bank Mandiri dan Bank BRI juga
memberikan return awal yang positif, bahkan saat ini (pertengahan
Mei 2005) harga saham Bank Mandiri dan Bank BRI telah naik 2-3 kali
lipat dibandingkan harga perdananya.
Beberapa rasio keuangan Bank Bukopin 2001-2004
Rasio 2001 2002 2003 2004 Rata-rata
CAR (%) 16,8 14,13 14,86 15,41 15,30
NPL (%) 3,96 3,98 2,23 3,43 3,40
ROE (%) 28,19 30,04 23,45 22,82 26,13
NIM (%) 6,02 5,16 4,74 5,35 5,32
BOPO(%) 69,61 85,84 87,38 83,23 81,52
LDR (%) 66,98 74,28 91,82 85,13 79,55
Bank Bukopin memiliki jumlah aset sebesar Rp18,4 triliun pada akhir
2004. Dari angka tersebut, Bank Bukopin menduduki peringkat ke-14.
Bank Bukopin adalah bank yang mendapat dana rekapitalisasi pada 1999
dalam bentuk obligasi pemerintah. Kabar baiknya, pada 2001, obligasi
rekapitalisasi tersebut telah berhasil dikembalikan.
Kinerja keuangan
Berdasarkan laporan biro suatu majalah terkemuka selama 2004,
menggunakan data rasio keuangan 2003, Bank Bukopin berada pada
peringkat 10 dari 80 bank dalam kategori modal antara Rp100 miliar
sampai dengan Rp10 triliun.
Berdasarkan data laporan keuangan 2004, rasio kecukupan modal (CAR)
Bank Bukopin adalah 15,41%. Angka ini memenuhi standar Bank
Indonesia dan BIS. Dari sisi kualitas aset, tingkat kredit
bermasalah atau non-performing loan (NPL) Bank Bukopin adalah 3,43%,
atau memenuhi standar (harus di bawah 5%). Pencadangan penyisihan
untuk kredit bermasalah telah dilakukan lebih dari 100%.
Selanjutnya, dari sisi fungsi intermediasi, peringkat Bank Bukopin
termasuk sangat baik. Angka LDR (loan to deposit ratio) bank ini
adalah 85,13%. Artinya, fungsi intermediari telah dijalankan dengan
baik dengan tetap menjaga likuiditas pada tingkat yang aman.
Dari sisi rentabilitas, NIM (net interest margin) sebesar 5,35%
menandakan bank mampu meraih pendapatan bunga bersih yang cukup baik
relatif terhadap total aset bank. Sementara itu, ROE (return on
equity)-nya jauh lebih tinggi dari rata-rata SBI di 2004.
Dari sisi kepatuhan (compliance) Bank Bukopin selama 2003 dan 2004
tidak pernah melakukan pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberitan
Kredit) dan berhasil menjaga posisi Giro Wajib Minimum dan Posisi
Devisa Neto dalam kisaran sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Untuk memberikan gambaran lebih lengkap, perlu dilihat perkembangan
kinerja selama beberapa tahun terakhir.
Dengan CAR konsisten di atas 8% (rata-rata 15,3 %), NPL terjaga di
bawah 5% (rata-rata 3,4%), ROE (26,13 % per tahun) dan NIM (rata-
rata 5,32 %) yang tinggi, dapat disimpulkan kinerja keuangan Bank
Bukopin cukup baik.
Sementara itu, fungsi intermediasi yang dicerminkan oleh tingkat LDR
(rata-rata 79,55 %) juga telah dijalankan dengan baik. Itu berarti
sumber profitabilitasnya memang berasal dari bisnis perbankan, bukan
sekadar dari obligasi rekapitalisasi pemerintah seperti kebanyakan
bank hasil rekap. Kendati begitu, dari sisi rasio BOPO, Bank Bukopin
perlu waspada karena meski angka 2004 membaik dibanding 2003, tetapi
angka ini masih lebih buruk dibanding angka 2001. Efisiensi masih
perlu dikejar lebih gigih untuk kembali ke level sebelumnya.
Sebagaimana bank pada umumnya, Bank Bukopin juga menghadapi risiko-
risiko lain, misalnya risiko legal (perselisihan kontrak, gugatan
hukum, dll), risiko reputasi, dan lain-lain. Risiko itu telah
diungkapkan pada prospektus sesuai ketentuan transparansi.
Untuk mencegah dan mengurangi risiko tersebut, diperlukan strategi
manajemen risiko yang terintegrasi dan proaktif agar kinerja bisa
dipertahankan dan berkelanjutan.
Kalau tidak begitu, bisa-bisa IPO menjadi singkatan inferior
performance overtime (kinerja payah dalam jangka panjang). Bagi
investor yang tertarik investasi di IPO, jangan lupa investasi saham
adalah investasi yang penuh risiko. Jadi, pemeo lama "teliti sebelum
membeli! tetap harus dipegang teguh agar jangan belakangan jadi
mengeluh... Ampun Bukopin..!"
==================================
Anda bisa saja gagal ribuan kali, tapi sukses yang Anda cari mungkin
saja bersembunyi di kesempatan berikutnya. Anda tidak pernah tahu
seberapa dekat Anda dengan piala kemenangan yang akan Anda dapatkan,
kecuali kalau Anda terus mencoba untuk mendapatkannya.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home